Terbunuhnya Amirul mukminin Umar bin Khatab
Tidak dapat
dipungkiri, pengabdian Umar bin Khatab r.a. selaku khalifah menjadi sebuah
“prasati” yang membuat namanya terukir dengan tinta emas dan dikasihi,
dihormati serta dipatuhi rakyatnya. Tidak hanyta itu, keputusannya menempatkan
orang orang yang capable (tepat) diwilayah kekuasaan islam dan kebijakanya yang
menguntungkan rakyat setempat, ternyaata ternyata semakin memperkokoh persatuan
islam.
Keserhanaan, keadilan
dan kegemilangan filkiran menyatu dalam karakter pemerintahan dan menjadi jubah
kebesaran dalam menjalankan roda kekhalifahan.
Dibalik
kesejahteraan, keadilan, dan kebijaksanaan Umar bin Khatab dalam memerintah,
terdapat segelincir orang yang tidak puas dan memendam dendam karena negaranya
telah taklukan islam, yaitu orang orang Persia yang berada dimadinah. Kebaikan
umar memberikan kebebasan kepada mereka untuk tinggal dimadinah, pada
gilirannya menjadi “ duri dalam daging ” yang membawa bencana besar bagi umat
islam dengan Terbunuhnya Amirilmukminin Umar bin khatab.
Keadaan berubah
menjadi kacau dan sebagian Jemaah berupaya menangkap Abu Lu’luah. Mengetahui
keselamatanya terancam, Abu Lu’luah tidak tinggal diam. Pisau dalam gengamanya
disabetkan ke-kiri dan ke-kanan, hingga 12 orang terkena tikamanya. Menyadari
dirinya akan dibunuh setelah berhasil diringkus, Abu Lu’luah bunuh diri dengan
pisau dalam genggamanya.
Tikaman yang bertubi
tubi pada tubuh Khalifah Umar bin Kahatab, ternyata mengenai lambungnya. Konon karena
rasa sakit yang didertanya, Umar bin Khatab tidak bisa berdiri dan terjerembab
jatuh. Sebagian jama’ah membawa Khalipah umar kerumahnya dan menelong orang
orang yang terluka, sedang mayat Abu Lu’luah di bawa ke Butaiha. Setelah itu
para jama’ah kembali kemasjid untuk menunaikan shalat subuh dengan meminta
Abdurahman bin Auf menjadi imam.
Seiring terbitnya
matahari pagi, berita mengerikan tersebut tersebar ke seantero madinah.
Penduduk ingin mengetahui labih jelas mengenai kejadian yang sangat mengejutkan
itu. Bahkan pemuka pemuka dari masing masing kabilah segera berkumpul di
halaman rumah umar untuk mengetahui kondisi kesehatanya.
Abdullah bin abas
mengungakapkan “aku masih berada ditempat Umar dan dia belum sadarkan diri
hingga mata hari terbit. Setelah siuman, sambil berbaring ia bertanya: “Apakah
orang orang sudah shalat?”
“sudah jawab ku.
Setelah itu ia
memerintahkanku untuk mencari tahu orang yang telah menusuknya. Aku segera
belajar keluar dan menemui para pemuka
kabilah.
“ saudara saudaraku, “kataku,
“Amirilmu’munin ingin menngetahui apakah peristiwa ini merupakan konspirasi
kalian?”
Para pemuka kabilah
yang mendengar pertanyaan tersebut menjadi kecut, dan serentak berkata, “semoga
Allah melindingi kita, kami tidak tahu. Mana mungkin itu akan terjadi. Jika
kami tahu, pasti kami bersedia menebusnya dengan nyawa kami atau anak anak kami.”
“ lalu siapa yang menikam
amirilmukminin?” Tanya Abdullah bin Abas
lagi.
“ia ditikam oleh musuh allah, Abu Lu’luah
budak Mughirah bin Syu’bah,” jawab mereka.
Abdullah bin Abbas
kembali dalam rumah Khalifah Umar dan menyampaikan kabar orang yang telah
menikamnya. “ Alhamdulillah, aku tidak dibunuh oleh seorang muslim, tidak
mungkin orang arab akan membunuhku,” kata Umar.
Sebelum menghembuskan
nafas terakir, umar bin khatab sempat berwasiat keapada anaknya (Abdullah bin
Umar) agar dia dimakamkan disamping sahabat sahabatnya yaitu Nabi SAW dan abu
bakar dirumah Aisyah. Untuk itu ia memerintahkan anaknya untuk meminta izin
kepada Aisyah agar diperbolehkan dimakamkan disana. Setelah diizinkan, Umar
berkata, “ tidak ada yanmg lebih penting bagiku selain tempat peristirahatan
terakhirku.”
Selain itu, ia juga
berpesan kepada anaknya agar menjual benda benda yang dimilikinya untuk
melunasi utang utangnya. Sebab ia tidak ingin meninggalkan dunia dengan membawa
kewajiban yang belum diselesaikan.
Umar juga khawatir
seabdainya ia meninggal akan dikafani dan dikuburkan secara berlebihan oleh
keluarganya. Ia berpesan, “ sederhanaakan kafanku, sebab menurut pandangan
Allah ada perbuatanku yang baik, Allah akan menggantinya dengan yang lebih
baik, meskipun sebenarnya aku tidak pantas menerimanya. Dan sederhanakan liang
lahatku dan jangan ada perempuan yang ikut mengantar. Jangan mrmujiku belebihan
sebab allah lebih mengetahui tentang aku. Dan kalau membawaku percepatlah
langkah kalian.”
Beberapa hari setelah
peristiwa penikanman, Umar bin Khatab menghembuskan nafas terakhirnya dan
menyisakan duka mendelam dikalangan umat islam. Seandainya lematian Umar bin
khatab tidak melalui proses yang sangat
keji dan tragis, mungkin kesedihan tidak akan beerlarut larut dan dendam tidak
akan bersarang di dalam dada para keluarga.
Bagai manapun kondisi
islam sepeninggalan Umar saat itu, dapat
dikatakan bahwa islam telah mencapai kegemilangan dan ini tidak dapat
dilepaskan dari peran uamar bin khatab. Inilah salah satu masterpiece Umar bin Khatabyang
berhasil ditorehkan semasa hidupnya.
0 comments:
Post a Comment