Kisah Bilal bin Rabah
Sebenarnya judul yang tepat untuk postingan ini adalah Kekuatan Iman Bilal bin Rabah.hehe
Dalam sejarah
telah diceritakan bahwa ada seorang hamba yang bernama Bilal bin Rabah, ia
sebagai hamba (budak) dari seorang pemuka bangsa Quraisy yaitu Umayah bin
Khalaf.
Pada suatu hari
ketika Umayah sedang berada ditempat urusannya menghirup udara pagi yang nyaman, tiba tiba ada seorang yang datang
kepadanya menceritakan tentang keadaan Bilal, dimana Bilal telah berpindah
agama yaitu menganut ajaran agama islam. Setelah mendengar kabar itu, Umaiyah
segera kembali kerumahnya dengan menampakan raut muka yang sedang marah.
Kemudian Umayah
memanggil Bilal dan tidak lama Bilalpun datang dan berdiri dihadapan Umaiyah
dengan agak takut. Dengan nada marah Umaiyah berkata kepada Bilal: “Hai Bilal
jangan engkau bersembunyi sembunyi dihadapanku, jawablah dengan terus terang,
apakah benar engkau telah berpindah agama dan meninggalkan tuhanmu Latta dan
Uzza???” (Latta dan Uzza adalah patung atau berhala yang disembah oleh orang
Quraisy yang terletak di kota Makkah.)
Bilal menjawab
dengan tenang: “Bila tuan telah mendengar bahwa aku sering datang ke rumah
Muhammad, sekarang aku telah mengakui bahwa Muhammad adalah rasul Allah dan aku
beriman kepada ajaranya yang murni yaitu agama islam.”
Lalu Umaiyah
berkata kembali: “Tidaklah engkau Tahu,bahwa engkau adalah hamba belianku,
engkau adalah barang kepunyaanku. Aku berhak terhadap apa apa yang aku lakukan
terhadapmu.”
Kemudian Bilal
menjawab: “Tuanku, itu semua akui dan sekarang kalau tuan perintahkan aku untuk
apa saja yang tuan kehendaki aku terima dan aku kerjakan. Akan tetapi akal dan
fikiranku, keimanan dan kepercayaanku itu adalah bukan hak tuan dan bukan
termasuk barang yang tuan beli dariku.
Keimanan dan keislaman ku tidak akan mengurango kerjaku dan tugasku terhadap
tuan.”
Mendengar jawaban
demikian, bertambah marahlah Umaiyah lalu ia melompat mencekik leher Bilal,
tangan dan kedua kakinya diikat. Ia memanggil anak anak yang nakal untuk
mengolok olok dan melempari Bilal dengan batu. Lalu umaiyah meninggalkan Bilal
dalam keadaan tersiksa.
Siksaan demi
siksaan terus diberikan kepada bilal sehingga seluruh tubuhnya menjadi rusak
dan penuh luka.
Akan tetapi
bagaimanapun bentuk siksaan yang dilancarkan kepada Bilal meski itu siksaan
yang ngeri dan peirh bagi mereka yang melihat dan kita yang membayangkannya,
Bilal dengan pendirianya yang kukuh akan
keimanannya dan keislamannya tidaklah hatinya merasa gentar seakan akan tidak
merasakan sakit sama sekali karena kekukatan iman yang begitu tinggi didalam hati
dan jiwa Bilal.
Melihat kondisi
Bilal yang begitu parah itu, kemudian Umaiyah mendatangi Bilal dan berkata:
“Wahai Bilal, sekarang pilihlah olehmu ; apakah engkau akan tetap pada
pendirianmu atau kembali menyembah kapada Latta dan Uzza???”.
Dengan pandangan
yang tajam dan mata yang bersinar, seakan akan Bilal menentang akan siksa yang
akan menimpa dirinya sekalipun sampai mati, Bilal menjawab: “Wahai Umaiyah, pantang
bagiku untuk mrngubah ketetapan hati, mengubah atau meninggalkan agamaku yang
sudah terpateri dalam kalbuku sekalipun anak panah beracun menusuk menembus
dadaku atau sebilah pedang menebas sebatang leherku.”
Disaat saat yang
sedang keritis itu, Bilal lepas
menyatakan kata kata: Ahad, Ahad, Ahad menegaskan bahwa tidak akan menyembah
tuhan selain Alllah yang maha Esa.
Mendengar jawaban
dari Bilal, Umaiyah semkin gerang, lalu membawa Bilal ke padang pasir ditengah
terik matahari yang menyengat . kemudian Bilal dibaringkan tanpa sehelai
benangpun menempeldibadannya dan telentangkan tubuhnya serta dihimpit batu batu besar yang diletakkan pula diatas
badanya, sehingga Bilal tidak bisa
bergerak sedikitpun kecuali bibirnya yang senantiasa mengucap: “Ahad, Ahad.”
Dialah tuhanku yang aku sembah, Dialah tuhanku Allah tempat aku berlindung dari
siksa pedih yang menimpa diriku. Dialah Allah yang mengutus Nabi Muhammad saw
sebagi utusan-Nya yang membaeri petunjuk dan kepercayaan, aku kan ikuti jejak
langkah beliau, aku akan iukuti ajarannya sekalipun azab dan siksa yang
bagaimanapun beratnya akan aku terima sebagi tanggunganku.”
Pada suatu hari ketikak
Umaiyah sedang menyiksa Bilal, lalu Abu Bakar datang menghampiri mereka karena
melihat Bilal yang sudah tidak mempunyai kekuatan apa apa, sehingga mengundang
perasaan iba Abu Bakar. Lalu berkatalah Abu Bakar kepada Umaiyah: “Wahai
Umaiyah, apakah engkau tidak merasa sedih dan kasihan terhadap hambamu itu yang
tedengar nafasnya sudah sesak dan darah mengalir disekujur tubuhnya itu. Dosa
apakah yang telah dia perbuat???”
Umaiyah menjawab
dengan sombong dan angkuh lalu berkata: “wahai Abu Bakar ini adalah hambaku dan
dia adalah milikku dan segala sesuatu itu bergantung atas kehendak aku sendiri. Dan tidaklah
engkau tahu wahai Abu Bakar dosa yang telah diperbuatnya. Kalau engkau merasa
sedih dan kasihan kepadanya, silahkan engkau beli dan silahkan engkau bebaskan
dan lepaskan sesuka hatimu. Namaun selama ini Dia masih dalam genggaman
tanganku sekalipun siksa yang amat pedih yang ku berikan kepadanya, sebelum dia
memohon ampun dan kembali menyembah kapada Latta dan Uzza sebagai tuhanya.” Mendengar perkataan Umaiyah
yang sombong dan angkauh itu, Abu bakar tergugah haitnya untuk membeli dan
membebaskan Bilal dari tangan umayah.
Kesempatan ini
tidak disiasiakan oleh Abu Bakar, beliau gunakan sebaik baiknya, sehingga
akhirnya Bilalpun dibeli atau ditebus dari tangan Umaiyah. Abu Bakar berkata
kepada Umaiyah: “mulai hari ini, ketahuilah wahai Umaiyah bahwa engkau tidak
mempunyai hak dan kekuatan apapun terhadap Bilal, saat ini Bilal berada
ditanganku bebas dari siksamu aku merdeka untuk melepasnya.”
Abu bakarpun
berkata kepada Bilal: “Wahai Bilal, pda hari ini engkau telah aku merdekakan,
engkau bebas dari tangan dan siksa Umaiyah. Sungguh aku berbuat seperti ini
semata mata karena Allah tuhan kita”.
Demikianlah atas
pertolongan Allah akan kebaikan Abu Bakar, Bilal terbebas dari siksa Umaiyah
yang kejam. Dia kembali bebas menghirup udara segar walaipun hanya beberapa
waktu saja. Dan dampai pulalah pada akhir hayatnya yaitu pada tahun 20 H
wafatlah Bilal bin Rabah pada usia 60 tahun. Belau dimakamkan di kota Damsyik.
0 comments:
Post a Comment